mukhtarulaminnwdi.ponpes.id – Memondokkan anak, adalah ikhtiar kita membangun generasi yang kuat, agar peringatan Allah itu tidak terjadi pada keturunan kita. Saat kita pergi meninggalkan dunia, Na’udzubillah kita meninggalkan generasi yang lemah, lemah iman, lemah akhlak, lemah ilmu, lemah ekonomi dan lemah lainnya.
Generasi-generasi yang tak mampu menjadi Pembela buat orang tuanya, agamanya, bangsanya. Pembela di dunia lebih-lebih di akhiratnya Allah. Generasi yang lemah hanya akan menyiksa batin orang tuanya di dunia, membuat merintih orang tuanya ketika ajal datang, sebab bukan lantunan Do’a yang dihaturkan justru pertikaian atas nama perebutan harta orang tuanya yang padahal jenazahnya masih ada di hadapan anak-anak itu.
Apa lagi di akhiratnya Allah, jangan membawa ke surga. Anak-anak itu akan menuntut dan menyeret orang tuanya ke nerakanya Allah.
Namun sebaliknya, berkat kegihihan Bapak Ibu Memondokkan anak, sebagai ikhtiar menguatkan generasi maka tangis demi tangis bahagia akan mewarnai kehidupan Bapak Ibunya. Ada haru bahagia saat mereka lulus dan wisuda di pesantren yang begitu membuat hati besar dan lega.
Bahagia sebab pendidikan pesantren membuat mereka menjadikan Bapak Ibunya raja dan ratu bagi mereka. Hati orang tua mana yang tak meleleh saat anaknya bersimpuh di pangkuannya seraya berdo’a di tiap waktunya demi kesehatan dan panjang umur orang tuanya. Begitupun saat kita berpulang. Masing-masing dari anak-anak yang Sholeh tersebut berjajar bersahut membaca Al-Qur’an.
Tiada Ustad yang datang memandikan dan memimpin sholat jenazah kita. Sebab mereka anak-anak yang Sholeh hadir di sana memandikan jenazah kita, memimpin sholat jenazah kita dan turun mengazani kita untuk terakhir kali. Dapat dipastikan Wahai Para Bapak dan Ibu yang Memondokkan anaknya di pesantren. Itulah hari terbaik dan paling membahagiakan untuk kita sebagai orang tua. Sebab anak-anak kita hadir jadi pembela kita.
Apa lagi kelak di hadapan Allah Ta’ala. Merekalah yang akan membela kita, memperjuangkan kita di hadapan Allah Ta’ala.
Mudah-mudahan Allah jadikan putra-putri kita sebagai penyejuk mata hati kita di dunia lebih-lebih Akheratnya Allah Ta’ala.
Saya tutup tulisan ini dengan sebuah kisah. Pernah mendengar cerita dari seorang Kyai. Bahwa di surga ada sebuah majlis para Ambiya, Awliya dan Ulama serta Sholihin. Tiba-tiba obrolan santai di majlis tersebut dikagetkan dengan seorang penghuni surga yang tampak beterbangan dari satu gedung ke gedung lain, dari satu tempat ke tempat lain dengan wajah yang begitu bercahaya.
Padanya terdapat sepasang sayap yang indah tersusun dari batu-batu yakut dan permata. Yang membuat ia mampu beterbangan ke mana saja ia suka. Ketika turun para Ambiya, Awliya dan Ulama bertanya.
Apakah anda orang Sholih, atau syuhada atau ahli ibadah sehingga Allah berikan derajat yang begitu tinggi. Kemudian fulan ini menjawab. Wahai kekasih-kekasih Allah, aku bukanlah ahli Ibadah, bukan juga pejuang agama Allah. Yang ku lakukan waktu di dunia hanya satu. Sebagai amaliyahku yang membuat aku mendapat derajat.
Aku titipkan anakku belajar agama di pondok pesantren, di tempat para ahli ilmu yang dekat dengan Allah. Kemudian Allah Ridho dan Allah jadikan anak-anakku anak yang Sholeh dan Allah berikan padaku derajat demikian tinggi sebab itu wahai para kekasih Allah.